Bagi anda yang lahir pada rentang
tahun 1981-1988 tentunya mengenal para musisi & penyanyi maupun
grup band era 90an, pastinya anda tak asing dengan penyanyi beraliran
slow rock seperti Inka Christie, Nike Ardilla, Nicky Astria, Conny Dio
dan lain-lain, namun anda juga pasti tahu banyak penyanyi atau grup band
dari Malaysia yang sukses berkiprah di belantika musik Indonesia kala
itu. Berbagai tembang dari negeri jiran itu begitu signifikan merajai
pasar musik tanah air. Tak hanya sukses di dapur rekaman saja, para
musisi dari Malaysia juga berhasil merambah ke ranah dunia hiburan
lainnya, yaitu industri perfilman Nusantara. Banyak dari lagu yang
diciptakan, dijadikan tema film maupun music song dari film-film
yang ada. Anda tentu masih ingat kan lagu Isabella yang dipopulerkan
oleh grup Band asal Malaysia, Search, di awal dekade 90an?
Jumat, 12 Oktober 2012
Kejayaan Musik Malaysia di Indonesia Era 90an
Invasi Musik Malaysia
Pada awalnya, keberhasilan musisi Malaysia memikat hati masyarakat
Indonesia ditandai dengan kehadiran penyanyi cantik bersuara lembut dari
negeri Jiran, sheila Majid di tahun 1987, penyanyi ini melejit namanya
berkat kesuksesan membawakan lagu "Antara Anyer Dan Jakarta", karya
Oddie Agam. Sheila Majid menerima penghargaan BASF di indonesia atas
keberhasilan penjualan albumnya.
Setelah itu sederet nama penyanyi ataupun grup musik asal Malaysia yang
menuai kesuksesan serupa. Serbuan penyanyi dan grup band Malaysia makin
hari semakin menjadi-jadi dengan makin banyaknya lagu-lagu bernuansa
slow rock di hampir tiap toko kaset maupun lapak-lapak pedagang kaki
lima, baik yang original maupun bajakan dipenuhi kaset-kaset penyanyi /
band Malaysia.
Dekade 90an boleh dibilang adalah era kejayaan musik Malaysia di
Indonesia. Kreativitas musisi Malaysia makin berpijar, mereka tak hanya
membuat album sendiri, namun juga mencoba peruntungan dengan bekerja
sama dengan musisi Indonesia untuk membuat album bersama. Hal itu tampak
dari kolaborasi antara penyanyi seperti Amy Search dan Inka Christie,
Ella dengan Deddy dores, Rahim Maarof dengan Conny Dio dan lain
sebagainya. Lantas, apa yang membuat musik Malaysia dapat diterima
dengan baik oleh para penggemar musik di Indonesia? Selain karena
kejelian para musisi Malaysia dalam melihat minat masyarakat Indonesia
terhadap musik bergenre slow rock maupun pop rock, faktor lainnya adalah
kerjasama yang harmonis dari musisi Indonesia dan musisi Malaysia.
Sejak tahun 1985, industri musik kedua negara telah memiliki konsensus
bersama.
Penyanyi-penyanyi Indonesia seperti Obbie Mesakh, Ria Angelina, Dian
Piesesha, Pance F. Pondaag, dan lain-lain, sering mengadakan tour dan
promosi album ke Malaysia, begitu pun sebaliknya. Hanya saja, musisi
dari Malaysia agaknya lebih terberkati oleh "Dewi Fortuna". Album-album
mereka lebih banyak menjadi hits dan meledak di pasaran musik
Indonesia.
Menjadi Raja di Negeri Sendiri
Akhir kejayaan musik Malaysia di belantika percaturan musik Nusantara,
nampaknya mulai memudar di awal milenium baru, tepatnya tahun 2001.
Memang, pada saat itu masih ada beberapa penyanyi maupun grup band asal
Malaysia yang lagunya masih di putar di televisi nasional dan juga
radio-radio, misalnya Siti Nurhaliza, New Boyz , Screen, Exist, Arrow
dan lain sebagainya, namun tak segencar tahun 1999/2000. Tahun 2002
praktis hampir tak ada grup musik Malaysia yang menghiasi pasar musik
tanah air. Pada tahun kondisinya berbalik 180 derajat, penyanyi maupun
grup band Indonesia mampu mendominasi belantika musik nasional, ditandai
dengan munculnya band-band Nusantara yang membawa berbagai jenis aliran
musik seperti Shiela On 7, Dygta, Romeo dan Wayang. dengan aliran
pop-nya di tahun 1999, Ada band, Padi, Caffeine & Element dengan
aliran pop alternatif pada awal tahun 2000. Di tahun yang sama juga
bermunculan grup band bergenre rock dan rock alternatif seperti Jamrud, 7
Kurcaci, Gigi dan lain-lain. Variasi aliran musik juga terlihat pada
munculnya grup band bergenre ska seperti Purpose Tiger Clan, TipeX &
Kungpow Chicken. Bermunculan juga penyanyi pendatang baru seperti Glenn
Fredly, Melly Goeslaw, Alda Risma dan lain-lain. Oleh sebab itu, tahun
2002 merupakan titik balik bagi industri musik domestik.
Di sepanjang tahun 2004/2005, pasar musik dalam negeri Indonesia
benar-benar didominasi oleh grup band dan penyanyi-penyanyi Indonesia.
Banyak sekali bermunculan grup band baru seperti Radja, Utopia, Ungu,
Peterpan dan Kotak. Penyanyi solo juga banya bermunculan seperti Agnes
Monica, Marcell, Ika Putri dan Rossa. Pada periode tersebut penyanyi
atau grup musik Indonesia mampu menjual hingga jutaan copy album musik
mereka, memiliki fans fanatik yang tak terhitung jumlahnya. Lagu-lagu
asli karya anak negeri pun mendominasi dunia industri musik tanah air.
Musisi Indonesia telah menjadi Raja di negerinya Sendiri. Hal ini
menandakan bahwa geliat musik di Indonesia telah menjadi milik musisi
pribumi.
Sebaliknya, penyanyi maupun grup musik Malaysia nyaris tak terdengar
lagi gaungnya. walaupun ada satu adau dua penyanyi Malaysia yang tetap
memiliki fans setia di Indonesia (seperti Siti Nurhaliza, grup band
Exist, Iklim), namun tak se-digdaya seperti pada dekade 90an.
Bahkan kini berbalik, musisi Indonesia-lah yang "menginvasi" para
penggemar musik Malaysia. Grup band seperti Peter Pan, Ungu, Sheila On
7, ST 12, dikabarkan meraup sukses besar pada penjualan album di negeri
Jiran tersebut. Konser-konser yang mereka adakan di sana, selalu
dipenuhi oleh para fans yang merupakan warga Malaysia. Perubahan ini
terjadi karena meningkatnya kreativitas musisi Indonesia dalam
menciptakan lagu-lagu berkualitas, banyaknya lagu yang beredar dan "easy listening",
ternyata derespon dengan baik oleh pendengar musik di Indonesia. Selain
itu, perubahan tersebut juga didorong akibat adanya perubahan selera
genre musik masyarakat Indonesia, mereka lebih menggemari lagu bergenre
pop melayu, rock dan pop rock. Berbeda dengan tahun 90an, ketika itu
lagu bergenre slow rock lebih banyak diminati.
1 komentar:
Tpi lgu2 pop Malaysia lbh abadi, tk prnah bosan utk d dgr kn, sdg kn lgu2 pop Indonesia cpat bosan ane dgr ny
Posting Komentar