Minggu, 25 November 2012

3 Faktor Di Balik Melejitnya Album "RED" Taylor Swift


Sejalan dengan pesatnya teknologi digital, penjualan album tradisional (alias berbentuk fisik) menurun pesat. Namun, Taylor Swift tampaknya tidak terpengaruh oleh kelesuan industri musik. Begitu album keempatnya beredar minggu lalu di Amerika, “Red,” langsung terjual 1,1 juta unit. Catatan ini mengalahkan rekor album sebelumnya, "Speak Now." Padahal, di bulan Oktober dan November ini, banyak beredar album dari artis dengan nama yang tidak kalah besar dari Taylor Swift. 

Bahkan beberapa adalah artis yang karya sudah lama ditunggu publik. Berikut ini adalah beberapa faktor di balik melejitnya album “Red”:

Musik berkembang

Pada awal karier, Taylor dikenal sebagai penyanyi lagu country (genre musik yang kurang populer). Setelah mendengarkan 16 lagu dalam album “Red” ini, sulit untuk mengotak-ngotakkan Taylor Swift sebagai penyanyi country karena musik di album ini sudah mengalami perubahan besar.

Dengan campur tangan produser Max Martin, produser yang mencetak lagu ternama untuk Britney Spears, Backstreet Boys, dan ‘N Sync, aransemen musik dan cengkok country Taylor pun sudah direkayasa penuh menjadi musik pop yang menyenangkan. 

Kolaborasi Taylor dengan artis lain di album ini juga memberi sentuhan unik. Dalam “The Last Time”, ia berkolaborasi dengan vokalis Snow Patrol, Gary Lightbody dan dalam “Everything Has Changed” bersama dengan Ed Sheeran. 

Lirik rentan gosip

Gaya penulisan lirik lagu Taylor Swift dikenal selalu diangkat dari kehidupan pribadinya. Di album sebelumnya, lirik lagu “Dear John” diduga terinspirasi dari hubungannya dengan John Mayer. 

Dan dalam album kali ini pun tidak berbeda jauh. Selain John Mayer, Taylor Swift sempat berpacaran dengan Taylor Lautner, Joe Jonas dan aktor Jake Gyllenhaal. Dengan judul yang sangat rentan gosip, “We Are Never Ever Getting Back Together,” media pun langsung menebak-nebak kepada siapa lagu ini ditujukan. Banyak yang menuduh lagu ini merujuk ke aktor Jake Gyllenhaal. 

Namun, di MTV Award beberapa waktu lalu, saat ia menyanyikan lagu ini, kamera menyorot ke arah Taylor Lautner. Perubahan raut wajah aktor “Twilight” saat disorot itu jelas mengundang perguncangan di media. 


Bundel dengan produk massal lainnya

Kesuksesan album “Red” dalam penjualan album di minggu pertama peredarannya ini tidak lepas dari teknik pemasaran yang menggandeng begitu banyak produk masal untuk membantu atau membangun kesadaran publik akan kehadiran album “Red” ini. 

Selain terus menggandeng produk kosmetik remaja (Cover Girl) dan produk elektronik (Sony), untuk album ini ia menggandeng banyak merek termasuk sebagai juru bicara sebuah produk sepatu olah raga (Keds). Ia juga mengkaitkan album barunya dengan produk minyak wangi (parfum Taylor kedua oleh Elizabeth Arden) dan juga beberapa produk pakaian (Ralph Lauren dan Shellys). 

Peredaran album fisiknya pun menggandeng banyak kanal. Tidak hanya melalui dengan Target, “Red” hanya ditemukan di outlet Walgreen yang memiliki 8 ribu lokasi di Amerika. Di setiap titik outlet ini terpajang karton Taylor yang memungkinkan para penggemarnya mengambil foto seolah-olah sedang bersamanya. Distribusi eksklusif juga dilakukan dengan sebuah restoran Pizza (Papa John), dengan pembelian CD dibundel dengan penjualan paket pizza ukuran besar. 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More