(Melody Memory, oleh Obbie Messakh)
-----------------------------------------
.....
"Melodi, melodi memori
yang pernah tercipta
jadi teman setia....
Melodi, melodi memori
pengganti dirimu
penghibur sepi malamku...."
------------------------------------------
Sobat MusikIndo99, masih ingatkah dengan lirik lagu di atas? Itulah penggalan syair lirik lagu dari Obbie Messakh,
yang berjudul "Melody Memory" yang sempat populer di era 80an. Lahir
pada tahun 1958 dengan nama Thobias Messakh, oleh karena itu, dipanggil
Obbie. pria ini sejak kecil tinggal dan besar di Jakarta. Orang tuanya
berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, kawasan paling selatan
Indonesia. Daerah ini dikenal sebagai penghasil nira lontar, gula lempe
(sejenis gula jawa) kelas satu.
Kemunculan Obbie Messakh di Belantika Musik Nasional
Munculnya Obbie Messakh, sekitar 1983, tak lepas dari suasana pasar musik nasional yang dikuasai oleh JK Records,
perusahaan rekaman milik Judhi Kristiantho (JK). JK Records saat itu
merilis album-album manis, renyah, mendayu-dayu. Artis-artis JK antara
lain Dian Piesesha, Meriam Bellina, Marina Elsera, Lidya Natalia, Heidy
Diana, Hellen Sparringa, Anie Ibon, Meta Armis, Ria Angelina. Disokong
penuh oleh acara Aneka Ria Safari dan Selekta Pop di TVRI, lagu-lagu
artis JK pun segera menyebar luas ke tanah air pada 1980-an. Nah, Obbie
Messakh didesain JK sebagai salah satu penulis lagu laris (hits maker)
bersama Pance F Pondaag, Maxi Mamiri, Wahyu OS, Judhi Kristianto
sendiri, Deddy Dores. Tapi harus diakui Obbie yang waktu itu masih
remaja (usia SMA atau mahasiswa tingkat awal) merupakan hits maker
paling dicari industri rekaman.
Setelah lagu-lagunya meledak, JK ‘memaksa’ Obbie Messakh merilis album
solo perdana. Judulnya ‘Kau dan Aku Satu’. Beberapa lagu yang pernah
dibawakan artis cewek JK, dibawakan sendiri oleh Obbie Messakh… dan
sukses. Nama Obbie Messakh pun makin menjulang.
Seperti biasa, daur musik pop bergerak dengan cepat. Setelah membuat
lagu hits, Hati yang Luka, Menteri Penerangan Harmoko marah-marah. Ia
melarang lagu yang dipopularkan oleh Betharia Sonata itu lantaran
dianggap cengeng. Ramailah polemik di koran, dan di media elekronik
(televisi & radio) kala itu. Sejak itu TVRI, sebagai satu-satunya
stasiun televisi, tidak lagi menayangkan lagu-lagu Obbie Messakh,
khususnya "Hati yang Luka". Saya masih ingat, TVRI terakhir menayangkan
instrumentalia Hati yang Luka yang dimainkan grup musik sasando. Musik
tradisional NTT itu memang berasal dari kampung halaman Obbie Messakh
pula.
Pamor Obbie Messakh menurun drastis, begitu juga JK Records. Maklum,
tren musik pop sudah berubah dengan naiknya sejumlah artis yang
mengusung apa yang disebut ‘pop kreatif’. Istilah ini secara implisit
ingin mengatakan bahwa lagu pop versi Obbie Messakh dkk tidak kreatif
alias cengeng. Koran Jawa Pos di Surabaya mengangkat isu ini sebagai
bahan polemik yang ramai.
“Apanya yang kreatif? Apanya yang tidak kreatif? Obbie Messakh bisa
membuat lagu karena kreatif,” ujar seorang pengamat musik. Obbie Messakh
saat diwawancarai Jawa Pos tenang-tenang saja.
Banyak Yang Menganggap Lagu-Lagu Obbie Terkesan "Cengeng"?
Obbie Messakh itu ternyata ceria, suka bercanda, ceplas-ceplos. Beda
jauh dengan lagu-lagunya yang sebagian besar bercerita tentang
kesedihan, bahkan frustrasi. Ini terlihat saat Obbie Messakh tampil di
acara Zona 80, Metro TV, Minggu 31 Agustus 2008. Selama satu jam,
diselingi iklan, tentu, penonton televisi diajak kembali ke era
1980-an.
Obbie Messakh, musisi asal Rote, Nusa Tenggara Timur, memang salah satu
dari sekian banyak ikon musisi era 80-an. Suka tidak suka orang harus
ingat Obbie kalau bicara tentang musik pop 1980-an. Karya-karyanya
mendominasi program acara Aneka Ria Safari dan Selecta Pop di TVRI,
satu-satunya stasiun televisi di Indonesia masa itu.
Ratusan lagu, bahkan mungkin ribuan, telah lahir dari tangan Obbie
Messakh. Sebab, Obbie mengaku mulai menulis lagu sejak 1974. Rinto
Harahap menjadi salah satu penulis lagu yang banyak memberi inspirasi
padanya. Namun, setahu saya, Obbie Messakh mulai melejit ketika direkrut
JK Records pada awal 1980-an. Judhi Kristianto, bos JK Records,
mengandalkan Obbie dan Pance F. Pondaag sebagai penulis lagu utama
perusahaan rekaman itu.
Karakter lagu-lagu Obbie memang pas dengan karakter Judhi yang juga
pemusik dan penulis lagu. Maka, puluhan artis pun diorbitkan JK Records.
Sebut saja Lidya Natalia, Ria Angelina, Helen Sparingga, Heidy Diana,
Dian Piesesha, Marina Elsera, Nindy Ellese... dan masih banyak lagi.
Sukses Obbie di JK Records membuat produser lain di era 80-an terigur.
Mereka antre menunggu lagu-lagu Obbie Messakh.
"Waduh, waktu itu nyari Bang Obbie susahnya setengah mati. Dia kan lagi
jaya-jayanya," kata Ratih Purwasih di Zona 80, Metro TV. "Saya malah
tidak pernah bertemu langsung sama Bang Obbie. Padahal, saya terangkat
karena lagu-lagunya," tambah Angel Pfaff. Pada akhir Agustus 2008 ini
tubuh Angel Pfaff terlihat gemuk berisi, tak lincah, jangkauan suaranya
pun tidak prima lagi.
Angel, pelantun 'Pernahkah Dulu', bersama Ratih Purwasih--adik kandung
penyanyi Endang S. Taurina yang juga kondang pada 1980-an--mendampingi
Obbie Messakh di Zona 80-an. Pemandu acaranya Ida Arimurti dan Sys NS,
dua penyiar radio yang kondang di Jakarta pada 1980-an. Di saat begitu
banyak selebitis lama mengidap obesitas dan stroke, fisik Obbie Messakh
tetap langsing macam 20-an tahun silam. Suaranya lebih tebal, tapi tetap
nyaman. Ini karena Obbie memang sejak dulu aktif berolahraga.
Bagi Obbie Messakh, menulis lagu-lagu sweet pop ala JK Records merupakan
berkah luar biasa pada 1980-an. Hampir semua artis yang diorbitkan
dengan lagu karyanya melejit. Kaset--dulu belum ada CD--laku keras.
"Paling sedikit terjual 400.000. Industri musik benar-benar booming,"
kenang Obbie yang lahir dan besar di Jakarta itu.
Sebagai perbandingan, saat ini bisnis kaset/CD memasuki masa yang sangat
sulit. Studio banyak, siapa saja bisa bikin lagu, merekam lagu, membuat
aransemen dengan berbagai corak, tapi... sulit dijual. Laku 20.000 saja
sudah bagus. Bahkan, ada penyanyi terkenal sudah senang bukan main
ketika albumnya terjual 2.000. Masa keemasan seperti yang dirasakan
Obbie dan JK pada era 1980-an tampaknya hanya tinggal sejarah.
Di program musik nostalgia Metro TV yang mulai dilirik banyak orang itu,
Obbie juga menjelaskan kasus pelarangan lagunya oleh pemerintah Orde
Baru. Tepatnya, pada 1988 Menteri Penerangan, Harmoko (sebagai
penanggung jawab utama TVRI) murka gara-gara lagu Hati Yang Luka (karya
Obbie Messakh, dibawakan Betharia Sonata) sangat sering keluar di TVRI.
Di mana-mana orang menyanyikannya. Lantas, Pak Harmoko meminta agar TVRI
tidak lagi menyiarkan lagu-lagu cengeng.
"Saya sendiri tidak paham apa yang dimaksud dengan 'cengeng'. Di kamus
bahasa Indonesia tidak ada istilah itu," kata Obbie Messakh. Namun,
Obbie mengakui pelarangan lagu-lagu manis ciptaannya juga membawa
hikmah. Sebab, sejak itu dia sering diundang pejabat dan
menteri-menteri.
Menurut Obbie, lagu 'Hati Yang Luka' itu justru membela kaum perempuan
yang sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Suami seenaknya main
tangan. "Lihatlah tanda merah di pipi, bekas gambar tanganmu...,"
begitu antara lain lirik 'Hati Yang Luka'. Hanya saja, ungkapan advokasi
versi Obbie Messakh dipahami secara berbeda oleh pemerintah, khususnya
Pak Harmoko.
Pasca-Pelarangan Pada 1988, Karir Obbie Messakh Tamat?
Setelah pelarangan lagu-lagu Obbie oleh Menteri Penerangan, Harmoko pada
tahun 1988, Obbie Messakh tetap berkarya. Dia menulis lagu-lagu riang,
bahkan pop dangdut. Masyarakat sempat suka, tapi tak sedahsyat lagu-lagu
manis yang sudah menjadi trade mark Obbie Messakh. Dan, pelan tapi
pasti, berakhirlah era keemasan Obbie Messakh, Pance Pondaag, Judhi
Kristianto, Tommy J. Pisa, dan penyanyi-penyanyi sejenis. JK Records pun
surut.
"Tapi saya senang karena sejak di JK Records sistem royalti sudah
dipakai," ujar Obbie Messakh yang murah tawa itu. Gamblangnya, Obbie
bisa membeli rumah, mobil, mencukupi nafkah keluarganya berkat royalti
lagu-lagunya. Obbie mengatakan tetap menciptakan lagu selama masyarakat
(pasar) membutuhkan. Dan benar. Karya-karya Obbie Messakh terus mengalir
meski tidak segencar masa jaya JK Records. Nada-nada manis pun semakin
kurang porsinya. Obbie Messakh malah menciptakan Sakit Gigi, lagu
dangdut yang hits setelah dibawakan Meggy Z. Kemudian Mobil dan Bensin’.
Sejak Obbie Messakh kehilangan identitas, saya anggap dia sudah habis di
pasar musik Indonesia. Di tahun 1990-an, apalagi setelah Reformasi
1998, Obbie Messakh benar-benar sudah habis. Tinggal cerita, mengutip
sebuah petikan lirik lagunya.
0 komentar:
Posting Komentar